Jujur, terakhir kali gue nonton acara ini adalah ketika masih SMP, masih di season pertama. Waktu itu konsep acara seperti ini masih fresh from the oven, baru-baru ada di stasiun TV dalam negeri. Sampai akhirnya acara sejenis menjamur dan gue jadi hilang ketertarikan. Sampai 3 minggu yang lalu gue tau dari kakak kalau salah satu kontestan yang bernama Regina Ivanova Polapa masih ada hubungan keluarga, gue mendadak penasaran nonton. Pengen tau yang mana dan suaranya gimana. Dan WIH! Ternyata suaranya bagus bener, jatuh cinta dari pendengaran pertama. Mendadak pengen lebaran di Cimanggis aja biar ketemu pas kumpul keluarga di rumah Oma. Hehe. Satu lagi kontestan yang oke menurut gue oke adalah Sean. Yang lainnya biasa aja. Sekian dan terimakasih.
Sudah cukup lama gue nggak menjamah dunia maya, apalagi blog. Mengingat terbatasnya koneksi internet di kota ini dan jaringan internet kantor yang aksesnya irit. Well, hari ini tumben sekali gue buka blog karena hari ini adalah hari terakhir roster pertama gue di Sorowako. Besok malam tepat jam 6 gue bakal sudah berada di Bus nyaman bernama Bintang Timur yang akan memindahkan gue ke Makassar, diteruskan GA-641 menuju Jakarta.
Sebut saja gue galau, sampai nggak bisa tidur. Di sudut notebook Jeng Nin hampir menunjukkan pukul 2 pagi WITA. Gue masih bertahan di teras camp, berusaha mengalahkan dinginnya angin malam dataran tinggi yang bebas bertiup di atas Danau Matano. Di lain waktu tiupan angin menjadikan Matano nyaris seperti lautan lepas, berombak.
Di samping kegirangan menjelang cuti, gue dihadapkan dengan kecemasan tentang kerjaan. Gue lagi terlibat langsung di dua proyek, dan dua-duanya sedang berada di masa kritis tepat saat gue akan cuti. Proyek pertama adalah fabrikasi steel platform yang sampai tadi pagi materialnya belum lengkap, padahal erection work akan dimulai Senin. Gue ngerasa slot waktu yang diminta client agak tidak fair, di mana gue mendevelope shop drawing dalam 2 hari tetapi review-nya baru gue terima satu minggu kemudian. Sedangkan waktu pengambilan material dan fabrikasi menjadi tinggal 5 hari. Belum lagi orang warehouse client yang angkat tangan karena materialnya udah diambil sama kontraktor lain yang sebelumnya ditunjuk, sebelum akhirnya pekerjaan terkait dialihkan ke kontraktor gue.
Project kedua dalah minor repair pasca relokasi container yang didedikasikan sebagai kantor Supply Chain Management client. Kerjaannya kecil-kecil banget tapi banyak. Di tambah lagi client New Zealand ini ngomongnya susah dimengerti. Dan minggu ini adalah minggu start up untuk pekerjaan ini. Tapi gue cuti.
Bukan kenapa-kenapa, gue agak kasian sama partner in crime gue, David, yang harus kebagian hand over kerjaan gue, sedangkan project plant instrument yang dia handle sebelumnya, yang harusnya sudah 100% completed, dapat masalah tepat hari ini. Makanya gue mendadak galau. Tapi mengingat kata-kata Jeng Nin, lumayan menenangkan. "Pasti aman-aman aja kok, Ri. Kalau mikirin itu terus ya kamu nggak pulang-pulang". Hahaha kecemasan newbie #tertawamiris #ngetawaindirisendiri
From wiki,
Euphoria (pronounced /juːˈfɔəriə/, from Ancient Greek εὖ, "well", and φέρειν. "to bear") is medically recognized as a mental and emotional state defined as a profound sense of well-being.[1] Technically, euphoria is an affect,[2] but the term is often colloquially used to define emotion as an intense state of transcendent happiness combined with an overwhelming sense of contentment. The word derives from Greek εὐφορία, "power of enduring easily, fertility".[3][4]I mean the colloquial one here. For some silly reasons, it often leads you to do stupid thing, to take the wrong path, or to do something you shouldn't do. Thereafter, all you feel is stupified and screwed up. F*ck euphoria!
Mati gaya nungguin sepupu belanja di Heritage diselamatkan dengan ketemu pacarnya Alvin, Luci, dan keluarganya.
Gue: Oy, Ci!
Luci: Heey, sama siapa lo?
Gue: Sama sepupu gue. Lo?
Luci: Sama keluarga. Eh lo udah pernah ketemu sodara kembar gue belom? (Celingak-celinguk nyari saudara kembarnya dan manggilin).
Luci: (Ngomong ke gue) Ini sodara kembar gue, Yo, Lucas. Gak mirip yak? (Ngomong ke Lucas) Ini temannya Alvin, Cas, anak sipil. Ryo. Ryo Febryo, mirip Rio Febrian yak! Namanya aja udah mirip.
Luci, Rio Febrian gak hitam, gak korengan, dan giginya gak maju macam gini.
Come on, man, grow up!
- Leave your comment • Category: Kontemplasi
- Share on Twitter, Facebook, Delicious, Digg, Reddit
PROKM (Pengenalan Ruang dan Orientasi Keluarga Mahasiswa) merupakan 'judul' ospek gabungan (osgab) mahasiswa baru ITB angkatan 2011. Judul osgab ini sendiri seingat saya selalu berubah setiap tahunnya, namun dengan inti acara yang tetap sama, yaitu pengenalan seluk-beluk kemahasiswaan: peran dan tanggung jawab mahasiswa, tri dharma, semangat, idealisme, keorganisasian, dan hal-hal normatif lainnya. Angkatan saya, tahun 2007, osgab saat itu berjudul PMB, tahun 2008 seingat saya INKM, sedangkan jaman anak kosan saya yang angkatan 2004 namanya OSKM. Entah apa yang melatarbelakangi pemilihan judul ini, saya kurang tau karena saya bukan aktivis KM (BEM-nya ITB).
Sore tadi saya sengaja datang ke kampus untuk melihat langsung closing ceremony osgab ini. Tidak, saya tidak segaul itu. yang melatarbelakangi kedatangan saya adalah karena saya belum pernah mengikuti closing ceremony osgab selain osgab angkatan saya. Yah, hitung-hitung menikmati momen terakhir di kampus ini sebelum lulus dan bekerja.
Sepanjang saya berdiri menyaksikan rangkaian acara, closing PROKM terasa kurang berkesan dibandingkan saat PMB 2007 tiga tahun lalu. Tidak hanya saya, teman lain pun merasa demikian. Di luar kenyataan bahwa kami memang sudah tidak lagi berada di posisi mahasiswa baru, memang ada beberapa hal yang menjadikan closing ceremony PROKM terasa kurang 'mengena'.
Pertama, swasta (mahasiswa stress tingkat/tugas akhir, -red) yang datang sepi. Jaman 2007, masih lekat di ingatan saya, lantai 1 dan 2 labtek-labtek di sekitar Indonesia Tenggelam saat itu penuh dengan swasta (berbanding lurus dengan ramainya teriakan, celaan, dan celetukan mereka), sampai banyak swasta yang rela memanjat dan duduk di besi-besi yang terpasang di kolom-kolom penyangga gedung tersebut.
Kedua, aksi teatrikal kurang nendang. Mungkin karena memasuki kolam Indonesia Tenggelam sudah haram hukumnya, karena bisa berurusan dengan K3L. Jaman PMB 2007, aksi teatrikal dibawakan sambil nyebur di kolam Indonesia tenggalam. Seru dan pesan yang ingin disampaikan tersampaikan dengan baik, setidaknya menurut saya pribadi.
Ketiga, lagu-lagu kampus. Karena dibawakan dengan gitar listrik, ke-khidmad-an lagu kampus jadi kurang terasa. Lebih bijaksana kalau mereka membawakannya dengan gitar akustik biasa. Belum lagi, duo yang membawakan lagu kampus tampak kurang persiapan. Sang gitaris memetik di nada tinggi, sedangkan tone sang vokalis berada di range rendah. Tidak akur sama sekali. Sampai beberapa orang meneriakkan kata-kata sakti yang sukses menjatuhkan kepercayaan diri duo itu di panggung (ya, saya menangkapnya dari reaksi dan mimik wajah sang gitaris): "FALES, WOY!".
Keempat, danlap bukannya orasi malah terdengar seperti deklamasi. Tanpa bermaksud meremehkan, karena saya menyadari kalau saya yang jadi danlap juga tidak akan lebih baik, cuma bisa menjadi catatan dan pelajaran untuk yang berikutnya bahwa pemilihan danlap itu penting. Sampai tadi juga disinggung oleh rektor, Pak Ahmaloka: "tadi itu... danlapnya baca puisi ya?". Oya, katanya memang sejak beliau menjabat sebagai Rektor, beliau selalu hadir di acara closing osgab. Katanya lagi, ini menunjukkan dukungan Rektorat terhadap acara seperti ini, yang sebelumnya dianggap ilegal dan semacamnya.
Yah, secara keseluruhan acara berjalan dengan baik. Selamat kepada panitia penyelenggara, semoga kepanitiaan kalian di sini memberikan kesan tersendiri dan pengalaman kepanitiaan yang berharga. Berikut sebagian oleh-oleh dari closing ceremony PROKM yang sempat saya abadikan. (note: klik untuk memperbesar gambar).
Ryo.