Malam-malam terakhir kerja praktek di Jakarta diwarnai dengan mimpi aneh. Tepatnya tiga malam sebelum saya kembali ke Bandung. Mimpi aneh pertama bersetting di sebuah rumah kecil di Jakarta. Di dalam mimpi tersebut saya adalah seorang mahasiswa magister yang tinggal dan kuliah di New Orleans. Saya panik karena tidak mendapatkan tiket pesawat kembali ke New Orleans dari Jakarta. Cuma itu yang saya ingat. Saya tidak habis pikir mengapa harus New Orleans? Bahkan sebelumnya saya tidak pernah tahu New Orleans berada di kawasan Amerika bagian mana dan bagaimana kondisi geografisnya. Hanya sebatas mengenal nama.
Mimpi kedua di malam berikutnya tidak jauh berbeda, namun kali ini kota yang saya tuju adalah New York. Ayah berniat mengantarkan saya kembali ke New York dari Jakarta, namun kami kehabisan tiket. Akhirnya kami memutuskan untuk mencari tiket di sebuah agen penjualan tiket penerbangan kecil di sisi jalan, berharap ada dua orang ekspatriat Amerika yang menunda penerbangannya. Tepat setelah melewati pintu masuk gedung tersebut, kami tiba-tiba sudah berada di sisi kota New York, menghadap ke Brooklyn Bridge, dan saya bisa merasakan angin sejuk bertiup kencang menerbangkan rambut saya. Saya terbangun.
Mimpi terakhir, malam sebelum saya kembali ke Bandung, sedikit berbeda. Saya merasa bosan berada di rumah, di Newport Beach, pada liburan musim panas dan akhirnya memutuskan untuk berkendara menuju Fresno. Saya mengeluarkan mobil tua saya (sepertinya Pontiac pabrikan tahun '76) dan mulai berkendara. Setelah melewati belokan pertama, saya terbangun.
Ketika tiba-tiba teringat mimpi ini tadi sore, saya segera mengecek tempat-tempat yang menjadi setting mimpi saya melalui Google Earth. New Orleans ternyata berada di Los Angeles, di sisi selatan Amerika Serikat. Dan yang mengejutkan adalah fakta bahwa Newport Beach dan Fresno berada di California. Memang tidak jauh untuk ditempuh melalui jalan darat. Wow! Presisi! Akan sangat tidak masuk akal jika dalam mimpi saya berkendara dari Washington DC menuju Fresno.
Apa makna dari mimpi-mimpi itu? Saya juga bingung. What a dream! Well, It wasn't a dream, they were some dreams.
Father: "When the waters of the ocean rise to the heavens, they lose their bitterness to become pure again"
Son: "What?"
Father: "The ocean waters evaporate as they rise to the clouds. And as they evaporate, they become fresh. That's why it's better to go on your pilgrimage on foot than horseback; and better on horseback than by car; and better by car than by boat; and better by boat than by plane"
Kemarin malam Mama saya nelpon, nada suaranya berapi-berapi:
"Kamu ingat teman SD kamu yang namanya, Bunga?" (Bukan nama sebenarnya. Tentu saja bukan, teman yang dimaksud Ibu saya adalah seorang lelaki tulen)
"Ingat lah, Ma. Ada apa dengan Bunga?"
"Dia kepergok warga lagi macam-macam di kamar kost pacarnya!"
"Wow!"
"Kamu jangan sampai begitu ya, Nak. Nggak ada bagusnya perbuatan kayak gitu, cuma malu-maluin diri kamu sendiri dan keluarga"
"Iya, Ma. Kepikiran aja nggak, Ma, yang begituan"
"Kalau kamu mau nikah, ngomong aja"
"Zzzzz. Yah, Ma, masih lama. Lagian kuliah aja belum beres."
"Nggak, Mama cuma nggak mau kalau kamu ngelakuin yang macam-macam. Dosa itu, Nak. Jangan tinggalin sholat. Malu sama umur, malu sama Allah."
"Iya, Mama..."
Kadang saya mikir, mungkin perhatian kecil dari Ibu seperti ini yang nggak didapatkan sama teman saya yang tingkahnya aneh-aneh itu. Telpon singkat dari Ibu, nasihat-nasihatnya, dan sedikit gosip (kalau emang lagi mood ngegosip sama anak laki-lakinya ini), itu semua yang membuat saya stay in the right track, dan tentu saja selalu membuat saya semangat in a magical way. Makasih ya, Ma, God knows how much I love you :')