Mocca secret last show, Itenas

by Febryo on Saturday, July 30, 2011

Ya, Mocca akan vakum sementara untuk waktu yang belum bisa ditentukan, karena Arina, sang vokalis (yang manis sekali itu), akan segera menikah dan menetap di Amerika. Begitu kabar yang gue dengar. Beruntung gue kuliah di Bandung, tepatnya di ITB, di mana Mocca cukup sering diundang buat mengisi event-event kampus.

Jum'at, 22 Juli 2011

Gue dapat kabar dari seorang teman bahwa Mocca bakal ngadain surprise farewell gig alias the last secret show nya di Itenas (Institut Teknologi Nasional), Bandung, malam ini. Sebenarnya, dua hari sebelumnya, mereka telah mengadakan official farewell gig di Jakarta. Jadi gig malam ini dalam rangka apa?

Menilik kembali ke belakang, sehari sebelumnya, mereka (Mocca) memberikan clue-clue bahwa mereka bakal ngadain sesuatu via jejaring sosial. Sesuatu apa dan di mana tempat mereka bakal ngadain sesuatu itu harus dipecahkan dengan bantuan clue-clue itu. Beruntung gue punya teman penggemar Mocca sejati dan berhasil merangkai clue-clue tersebut menjadi sebuah informasi berharga: Mocca bakal ngadain The Last Secret Show di Itenas.

Pertanyaan gig ini dalam rangka apa terjawab. Menurut Arina, malam ini semacam napak tilasnya mereka, bukan gig atau konser atau apapun, ini cuma sekedar ngumpul-ngumpul reunian, nge-jam bareng, mengenang kembali tempat di mana mereka pertama kali manggung (FYI, semua personil Mocca, bahkan manajemen mereka di awal-awal adalah almamater Itenas). Buat manggung malam ini juga mereka tanpa persiapan apa-apa, nggak buat list lagu yang bakal dibawakan, nggak ada latihan khusus, semuanya dibiarkan mengalir begitu saja. Bahkan lagu-lagu yang dibawakan adalah lagu-lagu yang di-request sama penonton yang datang malam itu.

Walaupun hujan malam itu nggak santai (ya, Mocca emang identik dengan hujan), suasana malah terasa hangat dengan lagu-lagu yang dibawakan dan interaksi mereka dengan penonton yang benar-benar seperti teman. Arina dengan sikap manisnya yang sama sekali nggak dibuat-buat berhasil memukau penonton (setidaknya gue). Rasanya hampir 20 lagu yang mereka bawakan malam itu.


That was a very sweet farewell gig. I really hope to see you guys gigging again, soon.
P.S: Arina, you are soooo cute I'm gonna die.

Rasanya butuh perubahan

by Febryo on Friday, July 29, 2011

Salah satu sifat yang rasanya perlu diubah dariku adalah ketidakbisaan mengekspresikan perasaan. Baik itu perasaan sedih, senang, marah, sayang, apapun itu aku lebih senang memendamnya untuk diri sendiri. Kadang aku ingin sekali mengungkapkan rasa sayang kepada seseorang baik itu teman, keluarga, atau siapapun, tetapi berakhir dengan mengurungkan niat baik itu. Rasanya aku terlalu gengsi atau malu untuk melakukannya. Atau juga ada rasa takut dianggap terlalu berlebihan dan melankolis. Tapi tidak juga. Entahlah.

Mungkin karena aku tumbuh di lingkungan keluarga yang tidak begitu ekspresif, cenderung kaku (namun tidak kehilangan keharmonisan dan romantisme keluarga *smile*). Mungkin. Aku ingin sekali seperti salah satu teman yang bisa mengucapkan selamat kepada teman lain dengan memberikan pelukan, atau seperti teman lainnya yang bisa mengungkapkan ketidaksenangannya terhadap tingkah laku seseorang yang tidak ia sukai langsung kepada orang tersebut.

Hell, I really wish I were brave enough to do so. Time won't change anything. This is me who have to change it.

by Febryo on Thursday, July 28, 2011

So I found that his summer filled with jet-skiing, hardly playing on a private island, and flying with his private jet. The best part is that he's not a role in a movie nor a character in a novel - this person is real, I mean, as real as we are, not a fame as well. What a perfect life to live for!

Pindah lagi, untuk kelima kalinya

by Febryo on Tuesday, July 26, 2011

Nggak tau setan apa yang ngerasukin gue malam (dini hari) ini, bukannya ngerjain TA yang udah dekat deadline, malah blogging. Ah, tapi menulis itu emang tergantung mood, kalau emang lagi ada mood buat nulis, bisa rajin banget posting di blog.

Well, salah satu yang bikin gue nggak fokus TA dua minggu ini adalah masalah tempat tinggal (baca: kost-kostan). Kostan gue sekarang sebenarnya kontrakan, rumah dengan tiga kamar yang gue sewa bareng dua teman sipil lainnya. Sewanya tahunan, berhubung satu teman gue sudah wisuda 16 Juli kemarin, dan yang satunya bakal nyusul lulus dalam waktu dekat, sementara gue masih belum jelas nasib TA-nya, maka pupuslah harapan buat bisa nerusin kontrakan ini. Dengan kata lain gue harus pindah.

Jadinya, dua minggu ini gue habiskan untuk nyari-nyari kostan. Sebenarnya nyarinya ya cuma beberapa hari dalam dua minggu ini, tapi kepikirannya yang tiap hari. Milih kost-an sama ribetnya sama milih cewek (curcol). Lo harus mempertimbangkan plus minus nya, cari pilihan dengan paling banyak nilai plus, dan berkompromi dengan minus-nya.

Kost-an ideal menurut gue adalah:

  • Bersih sehat, (terdengar seperti nama panti pijat)
  • Sirkulasi udara baik dan dapat sinar matahari (penting!),
  • Di pinggir jalan yang cukup buat masuk mobil,
  • Cukup luas, ya luasnya manusiawi lah, jangan kayak kandang hewan peliharaan,
  • Kamar mandi sih gak masalah di dalam atau di luar. Preferably di dalam,
  • Furnitur lengkap, udah ada kasur, lemari, dan meja, tinggal bawa diri aja,
  • Fasilitas lengkap: ada internet dan tv kabel, ada dapur, laundry, dan anak yang punya kost cantik *gampar!*
  • Dan yang paling penting: harganya merakyat-jelata.
Sayangnya, daerah kost-kostan di sekitar ITB ini harganya banyak yang gak masuk akal (Batas toleransi harga kost-kostan menurut akal sehat gue adalah 800 ribu/bulan, di atas itu udah gak ngerti lagi). Tapi kenyataannya, kost-kostan di sini harganya rata-rata di atas 1 JUTA! Bahkan ada yang sampe 1,8 JUTA! Padahal cuma buat numpang tidur doang, karena selama kuliah 70% waktu dalam sehari dihabiskan di luar kost-an. Gilanya, kostan dengan harga segitu aja penuh! Emang anak ITB jaman sekarang ini tajir-tajir bener.

Jadilah dua minggu ini gue ngitarin sekitar Cisitu Lama, Cisitu Indah, Cisitu Baru, Kanayakan, Bangbayang, buat cari-cari kostan. Akhirnya nemu yang klop juga di Cisitu: gedung baru, internet+tv kabel, laundry, ada dapur, dan murah pula. Cucok! Semoga ini pindahan terakhir gue setelah empat kali pindah kosan (Cihampelas, Setiabudi, Maranatha, Pelesiran), sebelum akhirnya benar-benar pindah buat gawe. Amin.

Kalimat indah ini bernama Doa

by Febryo

Khutbah Jum'at buatku pribadi adalah satu hal yang dinanti-nanti. Bukan berarti aku pribadi yang sangat religius, tetapi bagiku, khutbah Jumat yang berkualitas selalu berhasil me-recharge kembali keimanan. Seperti khutbah Jum'at kemarin.

Aku tidak ingat pasti topik khutbahnya, namun sang khatib membahas mengenai 4 doa, yang menurutku benar-benar menjadi doa yang seharusnya dari dulu aku panjatkan kepada-Nya.

  • Jauhkanlah hati ini dari ke-tidak-khusyukan.
  • Jauhkanlah diri ini dari nafsu yang tidak pernah terpuaskan.
  • Jauhkanlah diri ini dari ilmu yang tidak bermanfaat.
  • Jauhkanlah diri ini dari do'a-do'a yang tidak pernah Engkau kabulkan.
Betapa empat kalimat indah di atas selalu ter-rewind di dalam benakku. Rasanya, doa itu cukup menjawab sesuatu yang selama ini mengganjal di dalam pikiranku. Sebagai manusia, sebagai hamba-Nya yang tidak memiliki kekuatan apapun selain meminta pertolongan-Nya, rasanya, doa-doa itu sangat mewakili apa yang perlu dimintakan kepada-Nya.