Untitled

by Febryo on Wednesday, August 17, 2011

I just don't think that it's gonna work out.
#fml.

F*ck euphoria!

by Febryo on Thursday, August 11, 2011

From wiki,

Euphoria (pronounced /juːˈfɔəriə/, from Ancient Greek εὖ, "well", and φέρειν. "to bear") is medically recognized as a mental and emotional state defined as a profound sense of well-being.[1] Technically, euphoria is an affect,[2] but the term is often colloquially used to define emotion as an intense state of transcendent happiness combined with an overwhelming sense of contentment. The word derives from Greek εὐφορία, "power of enduring easily, fertility".[3][4]

I mean the colloquial one here. For some silly reasons, it often leads you to do stupid thing, to take the wrong path, or to do something you shouldn't do. Thereafter, all you feel is stupified and screwed up. F*ck euphoria!

Lagi-lagi

by Febryo on Tuesday, August 9, 2011

Mati gaya nungguin sepupu belanja di Heritage diselamatkan dengan ketemu pacarnya Alvin, Luci, dan keluarganya.

Gue: Oy, Ci!
Luci: Heey, sama siapa lo?
Gue: Sama sepupu gue. Lo?
Luci: Sama keluarga. Eh lo udah pernah ketemu sodara kembar gue belom? (Celingak-celinguk nyari saudara kembarnya dan manggilin).
Luci: (Ngomong ke gue) Ini sodara kembar gue, Yo, Lucas. Gak mirip yak? (Ngomong ke Lucas) Ini temannya Alvin, Cas, anak sipil. Ryo. Ryo Febryo, mirip Rio Febrian yak! Namanya aja udah mirip.

Luci, Rio Febrian gak hitam, gak korengan, dan giginya gak maju macam gini.

Self talk

by Febryo on Monday, August 8, 2011

Come on, man, grow up!

PROKM ITB 2011: Closing Ceremony

by Febryo on Saturday, August 6, 2011

PROKM (Pengenalan Ruang dan Orientasi Keluarga Mahasiswa) merupakan 'judul' ospek gabungan (osgab) mahasiswa baru ITB angkatan 2011. Judul osgab ini sendiri seingat saya selalu berubah setiap tahunnya, namun dengan inti acara yang tetap sama, yaitu pengenalan seluk-beluk kemahasiswaan: peran dan tanggung jawab mahasiswa, tri dharma, semangat, idealisme, keorganisasian, dan hal-hal normatif lainnya. Angkatan saya, tahun 2007, osgab saat itu berjudul PMB, tahun 2008 seingat saya INKM, sedangkan jaman anak kosan saya yang angkatan 2004 namanya OSKM. Entah apa yang melatarbelakangi pemilihan judul ini, saya kurang tau karena saya bukan aktivis KM (BEM-nya ITB).

Sore tadi saya sengaja datang ke kampus untuk melihat langsung closing ceremony osgab ini. Tidak, saya tidak segaul itu. yang melatarbelakangi kedatangan saya adalah karena saya belum pernah mengikuti closing ceremony osgab selain osgab angkatan saya. Yah, hitung-hitung menikmati momen terakhir di kampus ini sebelum lulus dan bekerja.

Sepanjang saya berdiri menyaksikan rangkaian acara, closing PROKM terasa kurang berkesan dibandingkan saat PMB 2007 tiga tahun lalu. Tidak hanya saya, teman lain pun merasa demikian. Di luar kenyataan bahwa kami memang sudah tidak lagi berada di posisi mahasiswa baru, memang ada beberapa hal yang menjadikan closing ceremony PROKM terasa kurang 'mengena'.

Pertama, swasta (mahasiswa stress tingkat/tugas akhir, -red) yang datang sepi. Jaman 2007, masih lekat di ingatan saya, lantai 1 dan 2 labtek-labtek di sekitar Indonesia Tenggelam saat itu penuh dengan swasta (berbanding lurus dengan ramainya teriakan, celaan, dan celetukan mereka), sampai banyak swasta yang rela memanjat dan duduk di besi-besi yang terpasang di kolom-kolom penyangga gedung tersebut.

Kedua, aksi teatrikal kurang nendang. Mungkin karena memasuki kolam Indonesia Tenggelam sudah haram hukumnya, karena bisa berurusan dengan K3L. Jaman PMB 2007, aksi teatrikal dibawakan sambil nyebur di kolam Indonesia tenggalam. Seru dan pesan yang ingin disampaikan tersampaikan dengan baik, setidaknya menurut saya pribadi.

Ketiga, lagu-lagu kampus. Karena dibawakan dengan gitar listrik, ke-khidmad-an lagu kampus jadi kurang terasa. Lebih bijaksana kalau mereka membawakannya dengan gitar akustik biasa. Belum lagi, duo yang membawakan lagu kampus tampak kurang persiapan. Sang gitaris memetik di nada tinggi, sedangkan tone sang vokalis berada di range rendah. Tidak akur sama sekali. Sampai beberapa orang meneriakkan kata-kata sakti yang sukses menjatuhkan kepercayaan diri duo itu di panggung (ya, saya menangkapnya dari reaksi dan mimik wajah sang gitaris): "FALES, WOY!".

Keempat, danlap bukannya orasi malah terdengar seperti deklamasi. Tanpa bermaksud meremehkan, karena saya menyadari kalau saya yang jadi danlap juga tidak akan lebih baik, cuma bisa menjadi catatan dan pelajaran untuk yang berikutnya bahwa pemilihan danlap itu penting. Sampai tadi juga disinggung oleh rektor, Pak Ahmaloka: "tadi itu... danlapnya baca puisi ya?". Oya, katanya memang sejak beliau menjabat sebagai Rektor, beliau selalu hadir di acara closing osgab. Katanya lagi, ini menunjukkan dukungan Rektorat terhadap acara seperti ini, yang sebelumnya dianggap ilegal dan semacamnya.

Yah, secara keseluruhan acara berjalan dengan baik. Selamat kepada panitia penyelenggara, semoga kepanitiaan kalian di sini memberikan kesan tersendiri dan pengalaman kepanitiaan yang berharga. Berikut sebagian oleh-oleh dari closing ceremony PROKM yang sempat saya abadikan. (note: klik untuk memperbesar gambar).

Closing ceremony PROKM 2011

Tutup mata, tutup telinga, tundukkan kepala!

Duo danlap

Aksi teatrikal

Sambutan Pak Ahmaloka, Rektor ITB

Sambutan Tizar, Presiden KM ITB


Regards,
Ryo.

Goliath Burger, Aston Braga Bandung

by Febryo on Tuesday, August 2, 2011

Bosan dengan makanan yang itu-itu aja, akhirnya gue dan tiga orang teman memutuskan makan malam di Hotel Aston Braga buat nyobain salah satu burger yang fenomenal di kalangan pecinta kuliner orang rakus macam gue, Goliath Burger. Fenomenal karena diameter-nya 22 cm, juga fenomenal karena mereka menawarkan tantangan tipikal di mana peserta yang bisa menghabiskan satu paket goliath burger yang terdiri dari burger segede wajan, french fries segede jempol, dan segelas coke dalam waktu 15 menit gratis!

Untuk menjaga wibawa dan pamor ganteng, akhirnya gue menerima tantangan teman-teman gue buat nyobain tantangan nggak manusiawi ini.

"Oke.. oke.. gue pasti bisa ngabisin segini doang!"

Burger dipotong dalam 6 potongan. Potongan pertama masih dilalui dengan santai. Dalam 2 menit berhasil gue cerna. Potongan kedua, performa mulai menurun, 3 menit lebih gue habiskan buat makan satu potongan burger raksasa. Potongan ketiga, sampe menit ke-15 belum habis juga.

"Sorry, guys, gue nggak sanggup. Maaf gue ngecewain kalian, gue tetap sayang kok sama kalian" *pisau dan garpu beterbangan ke muka*

Pesan moral: jangan kepedean bisa ngabisin makanan seabrek ini dalam 15 menit. Kalau nggak hati-hati bisa meninggal, keselek biji wijen.

Tentang si burger gigantisme


Rasa burger ini cukup enak kok. Bedanya dengan burger biasa, selain daging, sayur, dan mayonnaise, burger ini juga diisi sama telur mata sapi dan nanas. They differ the taste.

Satu paket Goliath Burger yang terdiri dari burger, french fries, dan dua gelas coke dibandrol dengan harga IDR 75,000 (kalau gue nggak salah ingat). Kita bisa request burgernya mau dipotong jadi berapa buat makan rame-rame.

Rudy dan Goliath

Gue, mas-mas waiter narsis, dan Goliath

Mudji dan Casa, sayang gak ada foto bareng Goliath

Filosofi "Ryo"

by Febryo

Sejak kecil aku tidak pernah tahu arti namaku sebenarnya, memang tidak pernah aku tanyakan secara khusus kepada orangtua mengenai hal ini. Namaku sangat sederhana, hanya terdiri dari satu kata: Febryo. Yang aku tahu, kata "Feb" berasal dari bulan lahirku, Februari. Ryo? Aku tidak pernah tahu sampai akhirnya ketika ayahku datang berkunjung bulan lalu, saat sedang santap siang, beliau menceritakan arti namaku dengan sangat besemangat (benar-benar bersemangat).

Sebelumnya aku mengira bahwa nama "Ryo" diambil karena aku dilahirkan di Riau, ternyata ada filosofi yang lebih mendalam di balik itu.

Menurut ayahku, Ryo diambil dari bahasa portugis "rio" berarti "sungai", yang masih menurut ayahku, beliau terinspirasi dari Rio de Janeiro (dalam bahasa Portugis berarti Sungai Januari), ibukota negara Brazil. Dengan nama Ryo yang artinya sungai ini aku diharapkan tumbuh menjadi manusia yang mampu memberi manfaat tidak hanya bagi manusia, namun juga bagi makhluk Tuhan lain, ya, layaknya sungai. Juga diharapkan aku memiliki pemikiran yang panjang dan terus mengalir :')

Penasaran, aku coba google arti namaku, ternyata hasilnya:

Agamaku mengajarkan bahwa nama adalah doa, doa orangtua untuk anaknya. I'm very grateful to my parent for giving (and wishing) me a very good name (and prayers).

(Terinspirasi dari postingan temanku yang cantik, rini)Tautan